Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Aku Guru (3) -Sebuah Proses-

Saya sangat kagum dengan salah satu syaikh yang pernah mengajari kita di STIPI Maghfirah. Tsaub putih yang tak pernah lekang dari kulit merah arabnya ditambah peci putih yang menempel di kepalanya. Manfaat dari peci itu juga sebagai penutup sedikit kebotakannya akibat terlalu banyak memasak ilmu pengetahuan. Dia berjalan dengan penuh kewibawaan dan dengan gaya yang super cool. Tidak seperti syaikh-syaikh yang lain. Beliau Nampak berbeda dengan cara berbicara dengan kefasihan dan raut wajah dan juga gaya menjelaskannya yang tak bertelae-tela. Dia syaikh favorit saya. Salah satu hal yang membuat kita terperangah tanpa bergeming selain perasaan takjub adalah kemampuannya menjelaskan semua pelajaran dengan tanpa buku. Kapan dan dimanapun dia diminta untuk menjalaskan ia selalu memberikan performa termantap dan bersemai kepahaman bagi murid-muridnya. Pasalnya semua ilmu-ilmu itu telah dilahap hingga kekulit-kulitnya. Sehingga persiapan setiap mengajar baginya adalah hal yang sia-sia dan mem...

Aku Guru (2) -Mereka Permata Orang Tua-

Anak-anak manja yang super disayang orang tua. Terbukti dari paket-paket yang berjibun memberatkan kantong-kantong abang JNE. Dikarenakan sayang yang meluber kemana-mana, semua perlengkapan tak luput dari balutan paket; dari obat-obatan yang bisa jadi modal buka apotek baru, makanan yang banyak untuk setok hibernasi bertahun-tahun; mulai dari KFC, semangka melon dan bumbu ireng. Mereka bukanlah anak yang dibuang kepesantren. Mereka adalah permata hati ayah bunda mereka. Yang dititipkan akan dijaga dan dipoles keindahannya agar bertambah mulia harga jualnya. Kemajuan zaman yang tak terbendung dengan pembekalan mereka dini, membuat mereka ternodai dan tercemari sebelum waktunya. Ditambah lagi prinsip serta jati diri mereka belum terbentuk membuat kontaminasi keburukan dan kerusakan merambat dengan sangat masiv di luar sana. Polusinya telah menjangkit semua lini kehidupan. Kalau dulu anak-anak menjadi nakal karena tertular teman sepergaulannya di sekolah. Kalau sekarang mereka yang anak...

Aku Guru (1) -Investasi Hidup-

“Ustadz….ustadz” panggil seorang anak kelas 1 smp dari balik tirai. Ternyata ia minta diajarin cara pakai dasi. Sudah sedari tadi saya blak-balik angkat pantat dari persemedianku di depan laptop terkasih. Hati ini tak kuasa untuk cuek, mengabaikan panggilan bocah unyu-unyu itu. mereka masih sangat tergantung dan membutuhkan bantuan orang lain. Maklum saja, mereka terlahir dari balik istana penuh duit, mengenyam begitu banyak kemewahan hidup sejak kecil dan orang tua yang selalu memanjakan mereka. Membuat kehidupan mereka terkatung-katung dan amburadul bilamana taka da yang menemani dan mengawasi. Tugas kita buka sekedar guru pegasuh atau bocah siter. Itu yang saya pahami dari wejangan bapak Pembina setiap malam rabu. Jelas sangat rugi bila kita menempatkan diri hanya sekedar menjadi asisten kesehariaannya. Kadang tegas membakar motivasi, kadang friendly membaur tanpa melebur dan terkadang jadi guru berkasihkan ayah dan ibu. 5 profesi dalam satu tubuh dan waktu. Memang guru keren. Eit...