Aku Guru (2) -Mereka Permata Orang Tua-

Anak-anak manja yang super disayang orang tua. Terbukti dari paket-paket yang berjibun memberatkan kantong-kantong abang JNE. Dikarenakan sayang yang meluber kemana-mana, semua perlengkapan tak luput dari balutan paket; dari obat-obatan yang bisa jadi modal buka apotek baru, makanan yang banyak untuk setok hibernasi bertahun-tahun; mulai dari KFC, semangka melon dan bumbu ireng. Mereka bukanlah anak yang dibuang kepesantren. Mereka adalah permata hati ayah bunda mereka. Yang dititipkan akan dijaga dan dipoles keindahannya agar bertambah mulia harga jualnya. Kemajuan zaman yang tak terbendung dengan pembekalan mereka dini, membuat mereka ternodai dan tercemari sebelum waktunya. Ditambah lagi prinsip serta jati diri mereka belum terbentuk membuat kontaminasi keburukan dan kerusakan merambat dengan sangat masiv di luar sana. Polusinya telah menjangkit semua lini kehidupan. Kalau dulu anak-anak menjadi nakal karena tertular teman sepergaulannya di sekolah. Kalau sekarang mereka yang anak rumahan bisa lebih bejat dan berbahaya. Akibat gadget yang hamper setiap anak mengenggamnya. dua tugas besar kita sebagai pendidik; membersihkan nilai-nilai buruk yang mereka rekam dalam keluarga mereka, membasmi parasit parasit yang menjamur akibat game, yutub dan platform-platform yang lainnya. kemudian memasukan data baru sebagai pengganti, Menyusun pola dan rumus tandingan yang lebih baik beserta alasan masuk akal. Jadi, bukan hanya mengatakan perbuatan mereka itu salah dan sekedar mengoreksi alpha mereka tanpa memberi solusi dan mengarahkan mereka kepada jalan yang lebih menarik dan indah. Mendidik mereka itu ibarat Menyusun puzzle. Memungut satu demi satu potongan yang berceceran untuk disatukan dalam sebuah bingkai. Pastinya sebelumnya si penyusun sudah harus tau bagaimana gambaran akhir puzzle yang akan dia sempurnakan. Dan puzzle pribadinya haruslah sudah tergenapi sebelum dia merangkai puzzle yang lain. Anak-anak itu telah direlakan oleh orang tua mereka tersayang. Mereka telah memberikan diri mereka agar kita susun, menjadi puzzle seorang muslim sejati. Ini adalah game yang mengasyikan. Tapi juga membutuhkan keuletan dan kesabaran. Karena tak bisa serta-merta semua mozaik-mozaik itu dirangkai dalam satu waktu. Terkadang ada serpihan-serpihan puzzle kaleng-kaleng yang sudah terlanjur menempati tribun hatinya. Dan harus dibersihkan kemudian diletakkan hal yang lebih apik dan indah di dalamnya. Ketika telah meletakan mozaik pertama. Pastikan bahwa lem perekatnya telah teruji ketahanannya. Dengan selalu mengawasi tindak tanduk mereka dan membenarkan ketidak sesuaian mozaik dengan perilaku mereka. Ketika sudah dirasa kuat dan tahan mengelupas dalam sekian hari, mulailah mengambil dan merekatkan mozaik barunya dengan penuh pengawasan dan kehati-hatian. Begitu seterusnya hingga sempurnalah puzzle kehidupannya. Sehingga terbentuk dalam dirinya pribadi seorang muslim sejati, yang bisa memilah dan menyortir. Mana yang sesuai dengan falsafah hidup dan mana yang seharusnya tersaring bersama perilaku-perilaku sampah. Saat puzzlenya telah sempurna. Itu adalah tanda bahwa ia siap melanglangbuana. Mencari bekal kemana saja. Maka disini adalah peluang memberikan pengaruh terbesar kepada calon orang-orang besar di masa depan. Tak apa nama kita tak tertulis dalam sejarah kejayaan dan kegemilangan umat. Cukuplah dengan tergeoresnya nama-nama kita di hati-hati mereka. Yang kelak akan mengubah wajah baru sejarah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Problematika Pelik

Pendidikan, jangan pandang sebelah mata

Murabbi sejati