Pendidikan, jangan pandang sebelah mata


Pendidikan adalah unsur yg berdiri sendiri, terlahir dari masyarakat dan bersifat merubah semua tatanan setiap lapisan.

Banyak mungkin yg mengira bahwa jalan perubahan harus ditempuh lewat politik, ekonomi, militer, dll. Memang ada benarnya. Akan tetapi semua alur itu hanya akan bermuara pada kehampaan dan kesia-siaan kerja. Akan mentok. Dan di akhir ia akan tersadar bahwa langkahnya selama ini hanya sia sia belaka.

Lantas mengapa orang hari ini banyak yang menomor sekiankan pendidikan? Sebenarnya bukan pendidikan yg kehilangan kekuatan dan peran pentingnya. Akan tetapi masyarakat yg mulai salah menafsirkan definisi pendidikan itu hanya sekedar belajar formal, non formal, di gedung, ujian dan mendapatkan ijasah. Hanya itu. Yang sangat jauh dengan nilai nilai kehidupan sesungguhnya.

Sempitnya pemahaman tentang pendidikan, menjadikan keurgenannya pun hilang di mata manusia. Itu semua juga karena banyak sekali jalan jalan menuju ketercapaiannya suatu pendidikan. Perbedaan jalan ini pertama berasal dari perbedaan perspektif tujuannya. Ketika tanpa ilmu, hanya berbekal wawasan dan perkembangan zaman pada hari ini, maka tujuan pendidikan pun akan ikut menyempit serta hanya sekedar menjadi sukses seperti manusia manusia sezamannya.

Tujuan yg salah, menjadikan konsep yg dikunakan pun terombang ambing sana sini. Konsep mereka satu, amati tiru modifikasi. Comot sana comot sini, kemudian dengan prinsip coba coba diterapkan. Ketika gagal ulang lagi, coba yang lain.

Kaidah itu memang benar, apabila ditujukan untuk membuat adonan kue sehingga menghasilkan resep paten. Tapi sangat tidak layak dan etis bila digunakan untuk pembentukan manusia.

Manusia bukan barang coba coba. Ia adalah ciptaan tuhan dengan penuh kesempurnaan, yang sebagaimana penciptaannya serta tujuan penciptaannya tidak main main begitu juga peletakkannya di bumi ini sehingga berhasil sesuai tujuan awal pun tidak main main. Sudah ada guiden booknya sendiri. Yang pastinya buku panduan itu tak mungkin ciptaan manusia sendiri. Sebuah lelucon besar bilamana manusia yg diciptakan oleh Tuhan kemudian menciptakan sendiri jalan serta rambu rambu pembentukan dirinya sendiri.

Mungkin saja sudah sepakat bahwa Al Qur'an dan Sunnah adalah pondasi awal. Akan tetapi itu semua terlihat dalam pola pempraktekkannya. Suatu ideologi itu benar benar menjadi ideologi suatu kaum apabila mereka benar benar menjadikannya sebagai landasan tingkah laku.

Seorang muslim berideologi tauhid yang mengajarkan kejujuran, sedangkan ia berbohong. Berarti, ada ideologi lain yg bersarang dalam pikirannya. Islam hanya ideologi yg ia aku akui saja.

Begitu juga orang yang menyatakan bahwa berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah. Sedangkan ia belum sepenuhnya menjadikan keduanya sebagai satu satunya referensi hidup, atau menjadikannya pembanding segala konsep dan apa yg datang dari selainnya. Atau masih saja mengagung agungkan konsep barat dan terus terusan melebelinya dengan ayat ayat Al Quran, yang sebenarnya ia sudah tau sendiri bukan seperti itu cara memahami dan membedah isi Al Qur'an.

Bukankah pinsip dasar Islam sendiri yg mengajarkan agar selalu berijtihad, dan ijtihad sendiri harus hanya dilakukan oleh orang orang yg berkapasitas dengan landasan ilmu yang kuat? Itu untuk menentukan sekedar hukum suatu hal. Bagaimana bila untuk menentukan sesuatu yg akan menjadi unsur unsur pembangun jiwa manusia, pantaskah bila orang awam ikut berijtihad dan mengatasnamakan itu sebagai konsep yg islami?

Sebenarnya patokannya mudah. Agama Islam agama yang mudah. Bila suatu konsep sulit dilakukan, ribet dipahami apalagi untuk dijalani. Yakin itu bukan konsep islami.

Maka bagaimana? Belajar, buka mata, dalami khazanah keislaman, didik diri sendiri dulu dengan pendidikan Islam, jangan berpura pura menginginkan sesuatu tapi dengan jalan sesuatu yang lain dan jangan pernah menunjukkan diri tanpa konsep yang pasti, biarkan orang lain melihat bukti demi bukti dan Allah yg akan menjadi saksi dengan diterimanya dimata manusia dunia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Problematika Pelik

Murabbi sejati