Murabbi sejati
Saya tidak sedang bercerita tentang aksi heroic
para murabbi yang mampu mengubah serta melejitkan potensi anak didiknya. Bukan tentang
guru yang mampu membawa kelas selalu Bahagia dan tercapainya target target
pembelajaran. Bukan juga tentang pendidik yang meletakkan kurikulum terbaik,
detail, dengan system yang sangat matang.
Saya hanya akan menuliskan tentang satu satunya
Murabbi yang benar benar membimbing kita dan sangat berbelas kasih kepada
setiap mutarabbinya.
Ya, Murabbi itu adalah Tuhan semesta alam,
penguasa langit dan bumi, serta pengawas segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya.
Dialah Allah Rabb haqiqi.
Ketika kita benar benar memahami Rububiyahnya,
segala hak hak yang akan Allah penuhi terhadap hamba hambanya, dan hikmah besar
dibalik semua kehendaknya, kita akan tertawa sendiri melihat kondisi manusia
yang jauh dari hidayahnya.
Karena saya pendidik, saya akan melihat dari
kacamata seorang pendidik.
Sangat lucu, Pendidikan hari ini atau pemahaman
mayoritas pendidik hari ini seakan akan mereka berusaha untuk menggantikan
tugas sang pencipta dalam membimbing tiap tiap hambanya.
Dari mulai yang menghawatirkan nasib, rezeki,
hal hal meteriil, ilmu ilmu beraneka ragam yang dicekokkan dengan paksaan,
hingga kurikulum dan system yang jauh dari kefitrahan. Sehingga semua itu
bermuara pada jauhnya jiwa jiwa Mutarabbi terhadap Murabbi haqiqinya.
Ingatkah Ketika kita hanya sekedar menegurnya
tanpa mengaitkannya denganNya? Ingatkah kita Ketika murka dan hanya mengatasnamakan
luapan itu untuk diri sendiri? Dimanakah nama Allah dalam Pendidikan mereka
semenjak dini? Ketika kita mengajarkan mereka tentang keimanan tapi diri kita
sendiri sama sekali jauh dari kata mukmin? Ketika kita berusaha semaksimal
mungkin dari segala sisi sedangkan lupa bahwa penjagaan hakiki itu hanya
dariNya? Materi materi kering yang kita sampaikan tanpa ada tujuan agar mereka
semakin mengenal kepada tuhannya? Sombongnya diri kita dengan kemampuan dan
kehebatannya hingga lupa mengulang ulang nama mereka dalam lantunan sujud penghambaan
kita? Ketika kita mengutamakaan hal hal yang terlihat mata, estetik serta
elegan dari pada focus pada hati dan keimanan jiwa? Ini dan begitu banyak
pertanyaan lainnya menunjukkan bahwa tak pahamnya kita mengenai Tarbiyah
sejati.
Saya tidak sedang menyalahkan pendidik, ilmu
ataupun metode metode yang lainnya. Hanya saja coba sepenuhnya kita benar benar
Kembali kepada dua Masdar agama kita. Kembali dalam arti yang sebenarnya. Benar
benar menjadikan keduanya referensi, tolak ukur dan kacamata pada tiap pandang mata
kita.
Ketika kita terlalu berpangku tangan terhadap
usaha sendiri, mengagung agungkan suatu metode, alat Pendidikan dan fasilitas
yang ada. Maka betapa lemahnya murabbi atau pendidik seperti kita. Serahkan semuanya
kepadaNya, yang pastinya setelah usaha maksimal berdasarkan ilmu dan konsep
yang telah teruji zaman yang terlihat dari Kembali menguatnya keimanan pada
jiwa para peserta didik. Semua itu terangkum dalam dua kata “keteladanan dan do’a”.
Komentar
Posting Komentar