Apa yang dicari?

 

Apakah yang kita cari? Apa sebenarnya harapan kita? Benarkah yang kita tuju adalah kebenaran Allah dan RasulNya? Atau semua itu hanya pemulus dibalik niat duniawi dan syahwat yang bulus dibelakangnya?

Tanya diri, berkontemplasi, renungkan apa yang benar benar kita inginkan. Karena mungkin hiruk pikuk dunia telah mengaburkannya, gaya hidup orang lain yang tanpa sadar telah kita ikuti, pola pikir barat yang sebra materiil yang mungkin sudah mengisi hati.

Coba duduk, pikirkan, tanya diri dalam dalam.

Karena ini bukan masalah tempat, program, ataupun tokoh yang ada di dalamnya. Ini masalahmu dengan dirimu sendiri, apa yang kau mau?

Jiwa yang memiliki tekad kuat, dimana pun ia akan terus berkembang, ditekan sebagai manapun ia akan terus tumbuh. Apalagi bila didukung oleh lingkungannya.

Kita semua pasti tahu awal awal benih keislaman muncul itu dari sebuah halaqah Bernama Darul Arqom. Sekumpulan orang yang terdiskriminasi, dikucilkan bahkan dimusuhi oleh masyarakatnya. Sehingga harus terus sembunyi sembunyi dalam terus menjalankan misi pengembangannya.

Kira kira apa yang membuatnya terus berkembang ditengah tekanan?

Apa apa yang Rasulullah tanamkan sehingga membentuk sebuah pola pikir, ideologi, tekad yang sangat kuat sehingga mereka mampu bertahan.

Jaman kita sekarang udah beda, sudah tidak ada Rasul, juga tidak ada Darul Arqom. Tapi taka da substansi yang berubah.

Lihat polanya, para sahabat Nabi datang untuk mendengarkan ayat ayat Al Qur’an, menuntut ilmu dan keluar dengan tekad untuk bisa mengamalkan, minimal dengan hati. Satu satunya yang menyatukan mereka dan mengokohkan tekad mereka adalah jujurnya niat mereka.

Mereka benar benar menginginkan kebenaran, ingin berubah dan semakin yakin bahwa jalan yang ditempuh adalah jalan kebenaran itu.

Pola ini adalah pola kebangkitan yang bis akita tanamkan dalam masyarakat, ataupun Lembaga, atau lain sebagainya.

Para sahabat Nabi ga mengeluhkan kondisi Makkah yang bukan hanya tidak mendukung tapi mencoba melenyapkan eksistensi mereka. Tapi mereka tidak pasrah, dalam benak mereka, bagaimana diri ini bisa bertahan, terus mengokohkan kebenaran meski sedikit dan sendirian.

Dari sini mental dan kepribadian para sahabat Nabi terbentuk. Akan ada masanya mereka keluar dan mendapatkan lingkungan yang support. Tapi apa gunanya lingkungan dengan semua fasilitas dan sumber daya berlimpah. Sedangkan di dalamnya hanyalah sekumpulan manusia dengan jiwa jiwa lemah.

Itu focus Rasul dan para sahabatnya, membangun jiwa, menguatkan individu.

Bagaimana pada hari ini? Banyak jalan menuju kebenaran. Ada orang yang baru tersadar mendapati kebenaran setelah berpuluhan tahun dalam kesesatan, dalam jalan yang salah. Ada orang yang mendapatkannya begitu cepat. Tapi jalan terbaik adalah ilmu yang dibarengi keinginan untuk mencari kebenaran dengan penuh kejujuran.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Problematika Pelik

Pendidikan, jangan pandang sebelah mata

Murabbi sejati