Pendidikan Keimanan
Awal saat saya mengambil sumber pedidikan Islam
dari referensi Bahasa Arab saya tersadar bahwa kemampuan berabahasa saya masih
sangat minim, sehingga mungkin hanya 50-60% yang bisa saya pahami. Salah satu hal
yang menyumbat pemahaman saya Ketika sampai pada kurikulum Pendidikan Ayat Qur’aniyyah.
Itu yang menjadi kurikulum Pendidikan pertama dan inti dari Pendidikan Islam.
Akan tetapi, pemahaman saya tergenapi oleh
paparan dan penjelasan dari berbagai pakar Pendidikan; ust Budi Ashari, ust
Hasan Al Faruqi dan dari buku buku masayikh lainnya.
Hingga tibalah kesimpulan saya pada bahwa Pendidikan
keimanan diterapkan hanya dengan membacakan ayat ayat Al Qur’an pada zaman
Rasulullah dan memberikan efek yang sangat luar biasa. Karena memang Al Qur’an
turun dalam Bahasa mereka, dengan pemahaman dan pola berfikir serta asbabun nuzul
yang membuat pembacaan ayat ayatNya menjadi Penanam keimanan yang sungguh luar
biasa.
Hanya saja pada zaman ini, semuanya jauh
berbeda. Akan tetapi bukan berarti Pendidikan keimanan ini sudah tidak lagi
relefan. Subsansi dari sejarah dan Pendidikan sama, tinggal bagaimana kita
mengaplikasikan dan menerapkan dengan berbagai metode janggih pada hari ini.
Pendidikan keimanan sendiri mencakup; pemahaman
hakikat hidup, akhirat, surga neraka, tauhid, cinta terhadap Allah, sirah
nabawiyah, cinta Rasul, bangga terhadap Islam, dll. Yang semuanya dikemas
dengan penyampaian yang santai; melalui obrolan, turun langsung kelapangan
mentadaburi setiap ciptaan dan kisah yang sangat menggugah rasa ingin tahu.
Pendidikan keimanan ini harus dilakukan sedini
mungkin. Bukan hanya sekedar semenjak anak lahir tapi jauh sebelum itu dari
terbinanya dua keluarga yang sama sama telah terdidik juga dengan Pendidikan keimanan
ini. Karena faktor terpenting dari Pendidikan adalah pendidik itu sendiri. Maka
suami istri shalih dan shalihah adalah kunci pertamanya.
Setelah itu mulai dari pembiasaan menerapkan
sunnah-sunnah yang telah Rasul contohkan dalam segala hal; berdo’a, dzikir, emosi
dan kondisi hati seorang ibu yang mengandung pun sangat mempengaruhi janin,
sehingga hal terbaik untuk diperdengarkan adalah tilawah Al Qur’an.
Ketika anak mulai besar dialog keimanan,
mentadaburi ciptaan, mengikuti tahapan Pendidikan yang telah Rasul tuangkan
dalam hadist hadistnya, kisah yang disampaikan oleh kedua orangtuanya serta
keteladanan yang terpancar dari keduanya akan sangat tertanam dan menginspirasi
anak anak. Hingga efeknya adalah munculnya kecintaan terhadap Allah, Rasulullah
dan bangga dengan Islam. Sehingga modal ini yang akan menjadikan anak Ketika mulai
menginjak baligh menjadi anak yang penuh ketaatan dan kuat dalam kefitrahannya.
Juga anak yang terdidik dengan Pendidikan keimanan akan siap menghadapi masa
balighnya yang biasa terkenal dengan kenakalan, tidak mau diatur, dan
penyimpangan penyimpangan lainnya.
Pendidikan awal inilah yang telah mencetak
seorang anak Bernama Umair bin Abi Waqqash yang baru berusia 12 tahun akan
tetapi sudah mantap bercita cita meraih kesyahidan Bersama sahabat senior
lainnya. Pendidikan ini juga yang menjadikan Zaid bin Tsabit meraung raung
dalam tangisan karena tidak diizinkan ikut perang dan mengambil jalan jihad
lainnya yaitu dengan akal dan penguasaan Bahasa-bahasa dunia. Pendidikan ini
juga yang telah sukses mencetak panglima perang yang teguh dalam keimanan sekuat
usamah bin zaid, Abdullah bin zuabir, dll.
Komentar
Posting Komentar