Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Pendidikan Keimanan

Awal saat saya mengambil sumber pedidikan Islam dari referensi Bahasa Arab saya tersadar bahwa kemampuan berabahasa saya masih sangat minim, sehingga mungkin hanya 50-60% yang bisa saya pahami. Salah satu hal yang menyumbat pemahaman saya Ketika sampai pada kurikulum Pendidikan Ayat Qur’aniyyah. Itu yang menjadi kurikulum Pendidikan pertama dan inti dari Pendidikan Islam. Akan tetapi, pemahaman saya tergenapi oleh paparan dan penjelasan dari berbagai pakar Pendidikan; ust Budi Ashari, ust Hasan Al Faruqi dan dari buku buku masayikh lainnya. Hingga tibalah kesimpulan saya pada bahwa Pendidikan keimanan diterapkan hanya dengan membacakan ayat ayat Al Qur’an pada zaman Rasulullah dan memberikan efek yang sangat luar biasa. Karena memang Al Qur’an turun dalam Bahasa mereka, dengan pemahaman dan pola berfikir serta asbabun nuzul yang membuat pembacaan ayat ayatNya menjadi Penanam keimanan yang sungguh luar biasa. Hanya saja pada zaman ini, semuanya jauh berbeda. Akan tetapi bukan be...

Bukan sekedar bermanfaat

  Setiap muslim memang sudah seyogyanya menjadikan amal shalih yang bermanfaat sebagai tujuan dan penggerak setiap Langkah hidupnya. Entah itu benar benar tekad dalam hati atau minimalnya sebagai pemanis di lisan Ketika dilontarkan padanya suatu pertanyaan “Apa tujuan hidupmu?” mayoritas pasti akan menjawab memberi manfaat. Akan tetapi yang perlu ditanyakan ulang adalah manfaat yang macam mana yang akan dikontribusikan itu. Jikalau sekedar memberi manfaat saja sudah pasti semua bisa melakukan. Akan tetapi, tujuan utama pemberian manfaatan kita adalah munculnya amal shalih yang itu akan diterima oleh Allah. Gurunda saya pernah menyampaikan bahwa amal shalih adalah amalan yang sesuai pesanan, bukan amalan yang penting jadi, atau sekarepe dewek. Karena amalan itu ditujukan kepada Rabb semesta alam maka standarnya juga tidak boleh hanya sekedarnya, atau nasional atau bahkan internasional. Karena semua standar itu sangat terpaut dengan ruang dan waktu serta tidak memiliki satuan b...

Konsep pendidikan Islam

Mungkin pemahaman akan konsep ini belum sempurna dan akan terus saya gali hingga jelas sejelah Mentari di siang bolong. Secara umum Pendidikan Islam bisa dibagi menjadi beberapa; Pendidikan Iman, Pendidikan Tazkiyatun Nafs dan Pendidikan Ta’lim kitab-hikmah, serta satu lagi yang mungkin sudah mulai terlupa atau menjadi salah satu penghambat inti ketidak tersampaikannya Pendidikan Islam ini; yaitu pendidika Aqil Baligh. Kesalahan Pendidikan pertama dimulai dari orangtua atau guru yang belum terdidik. Karena memang belum memahami konsepnya, sekedar mempraktekkan Pendidikan yang didapatkan dulu kemudian mengulanginya lagi. Ketika orangtua sudah terdidik dengan Pendidikan iman, itu akan menjadi Langkah awal dari baiknya Pendidikan keluarga. Karena akan muncul darinya pancaran keteladanan pada kehidupan sehari hari, maka terciptalah lingkungan keluarga yang kondusif. Dari situ metode, materi dan kegiatan Pendidikan iman lainnya akan bisa mengiringi. Seperti yang telah kita ketahui b...

Belajar Tanpa Ikatan

  Ketika diikat dari luar justru tidak ada ikatan dari dalam. Entah kaidah darimana bahwa segala sesuatu harus diabsen, diwajibkan kepada semua dan terdapat konsekuensi bila tidak mengikuti kegiatan itu. Karena justru efek sampingnya adalah tidak adanya kekuatan hati. Hemat saya, ini terjadi karena keinginan serba instan agar semua orang memiliki kekuatan niat yang sama kuat sehingga bisa selalu hadir tanpa adanya pembangunan jiwa. Atau entah salah satu kaidah yang diambil dari barat yang dimulai dari pembelajaran modern saat ini. Saya juga baru tersadar dari konsep islam yang selama ini selalu dipraktekkan oleh syaikh kebanggakan saya, Syaikh Munqiez -hafidzahullah- Ketika beliau mengajar dalam kelas, semua ia buat mudah, tak banyak ambil pusing, soal soal ujian begitu gampang dan bahkan beberapa sesi pembelajaran beliau lebih suka ngobrol dan mengambil manfaat dari obrolan yang asyik. Menurutnya yang membuat keilmuan menguat, barakah berkecambah itu adalah metode pembel...

Kekuatan Hati 1

Pendidikan Islam adalah suatu konsep yang simple, dan mudah dipraktekkan. Karena jikalau sulit itu sudah pertanda bahwa pasti itu bukan dari Islam. Berbicara tentang konsep Pendidikan yang hari ini sudah begitu banyak menjamur dan diadopsi hingga dijunjung sebagai konsep yang paten, kemudian menjadi rujukan semua Lembaga Lembaga Pendidikan. Hanya saja itu semua masih menjadi tanda tanya besar dalam benak saya dan orang orang yang sedang mencari titik terang, benarkah ini semua? Sudah sesuaikah denga napa yang seharusnya kita tempuh? Pasalnya hingga hari ini Pendidikan yang kita usung dan elu elukan masih belum bisa menjawab tantangan zaman, terkhusus lagi tantangan umat yang kian hari semakin menunjukkan kegananasannya. Bukankah kehadiran Islam untuk menjadikan semua perkara di dunia ini sebagai rahmat? Lalu apa yang salah. Sebenarnya simple untuk kitab isa menemukannya. Lihat saja sejarah peradaban apa yang kini tengah menguasai dunia? Bukan barat, bukan Yunani. Bahkan mungkin ini...

Apa yang dicari?

  Apakah yang kita cari? Apa sebenarnya harapan kita? Benarkah yang kita tuju adalah kebenaran Allah dan RasulNya? Atau semua itu hanya pemulus dibalik niat duniawi dan syahwat yang bulus dibelakangnya? Tanya diri, berkontemplasi, renungkan apa yang benar benar kita inginkan. Karena mungkin hiruk pikuk dunia telah mengaburkannya, gaya hidup orang lain yang tanpa sadar telah kita ikuti, pola pikir barat yang sebra materiil yang mungkin sudah mengisi hati. Coba duduk, pikirkan, tanya diri dalam dalam. Karena ini bukan masalah tempat, program, ataupun tokoh yang ada di dalamnya. Ini masalahmu dengan dirimu sendiri, apa yang kau mau? Jiwa yang memiliki tekad kuat, dimana pun ia akan terus berkembang, ditekan sebagai manapun ia akan terus tumbuh. Apalagi bila didukung oleh lingkungannya. Kita semua pasti tahu awal awal benih keislaman muncul itu dari sebuah halaqah Bernama Darul Arqom. Sekumpulan orang yang terdiskriminasi, dikucilkan bahkan dimusuhi oleh masyarakatnya. Sehing...

Niat awal

  Saya layaknya mahasiswa yang lain pada umumnya, yang datang ke tempat ini karena tergiur aka napa yang dijanjikan. Yaitu sekolah di Madinah. Suratan takdir ilahi ternyata menuliskan hal yang lain, dengan berbagai drama, tangis dan harapan yang mengisi pernak Pernik perjalanannya. Akhirnya, saya pupuskan mimpi ke Madinah. Sebenarnya bukan memupuskan, atau mengubur hidup hidup mimpi itu. tapi seperti yang dikatakan Umar bin Abdul Aziz “Inni nafsun tawwaqoh” yang artinya, aku mempunyai jiwa yang selalu haus. Ketika telah mencapai sebuah mimpi, aku menginginkan yang lain, hingga akhirnya tujuan tertinggiku adalah surganNya. Begitu juga dengan diri ini. Mimpi pergi ke Madinah itu mungkin masih ada dan akan terealisasi oleh hal yang lain. Tapi, kini diri ini focus kepada tujuan besar dibaliknya. Menjadi ulama. Hari berganti, pekan berlalu, bulan demi bulan berguguran. Hingga diri ini mendapati jalan menuju ke-ulama-an bukanlah jalan yang mudah. Akan sangat Panjang, terjal, curam da...

3 orang dalam lapangan pendidikan

  Terjun bebas dalam dunia Pendidikan ini mengakibatkan orang orang di dalamnya terbagi menjadi tiga golongan; orang orang yang memiliki jiwa pendidik dan ingin benar benar menceburkan diri di dalamnya dengan memberikan apa pun yang dia miliki. Yang kedua, orang yang memiliki impian besar lainnya dan ia hanya menjadikan lapangan ini sebagai halte penunggu bus keberangkatannya selanjutnya dan orang yang setengah setengah sehingga terjebak dalam keputusan mereka yang anget angetan. Hanya orang jenis pertama yang akan benar benar menikmati, memberikan seluruh hidupnya dan totalitas dalam mendidik dengan terus memperbaiki produk didikan yang ia berikan yang terus berpatok pada kebenaran yang ia cari. Orang jenis pertama ini, semua yang ia lakukan adalah dengan tujuan yang satu. Yaitu bagaimana jerih payah yang ia berikan menghasilkan sumringah senyum kebahagiaan di akhir nanti. Jikalau seorang arsitektur Bahagia Ketika melihat bagunan yang didesain atas rancangannya terealisasika...